Senin, 03 Januari 2011

Mengapa Asisten Pelatih Timnas Indonesia Wolfgang Pikal fasih berbahasa Indonesia dan menyanyikan lagu Indonesia Raya

 
Asisten Pelatih Wolfgang Pikal seakan jadi orang pertama yang menjembatani Tim Nasional Indonesia dengan dunia. Tanpa kenal lelah, dia menjawab pertanyaan di setiap konferensi pers.

Tidak seperti atasannya Alfred Riedl, yang emoh hadir di temu media, Pikal fasih berbahasa Indonesia. Kemampuan ini didapatkan karena lama tinggal di Indonesia. Selain itu ketika berkumandang Indonesia Raya di GBK Pikal juga mampu menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Karir Pikal tergolong unik. Lahir di Vienna, Austria, 43 tahun lalu, dia bermain sebagai gelandang di SR Donaufeld yang berlaga di divisi dua dan Baumgarten di divisi tiga. Namun, karirnya tamat akibat patah kaki pada 1989, saat usianya baru 22. Dia lalu membuat keputusan yang mengubah hidupnya.

"Saya memiliki uang dan memutuskan berkeliling dunia," katanya seperti dikutip situs AFF, Jumat (24/12). Negeri demi negeri dilalui, sampai dia berlabuh di Bali, 1990. Di Pulau Dewata, dia bertemu dengan perempuan pilihannya. Pikal muda memulai hidup baru dengan berbisnis tekstil.

Sepuluh tahun dia tidak menyentuh lapangan hijau, sampai bertemu Dick Buitelaar, pelatih PS Perseden Denpasar. "Dia bilang saya berbakat melatih dan mendorong saya mengambil sertifikat pelatih," kata Pikal.
Sejak tahun 1999 dia pun menggeluti dunia kepelatihan. Selain melatih klub lokal, Pikal rajin menyambangi klub kelas dunia untuk menambah pengetahuan. Dia lantas menimba ilmu kepelatihan dari sekolah sepak bola ternama seperti Arsenal, Aston Villa, dan Ajax Amsterdam dan kini telah memiliki 20 sertifikat kepelatihan diantaranya Lisensi B UEFA, Lisensi FA, dan KNVB Belanda. Di Bali, Pikal menangani tim junior di Akademi Real Madrid Asia. Pikal pun pernah melamar tim-tim di Indonesia diantaranya Persitara Jakarta Utara, Persebaya Surabaya, dan Persiba Balikpapan namun pengajuan ini ditolak lantaran BLI menilai lisemsinya belum memenuhi syarat.

Tetapi pucuk dicinta ulampun tiba. Inilah pepatah yang pas buat Wolfgang Pikal yang sangat mencintai Indonesia. Melalui seorang teman, dia berkenalan dengan Riedl pada 2008. Saat itu Riedl melatih Klub Haiphong di Vietnam. Pikal menghabiskan dua pekan untuk mempelajari teknik kepelatihan dari rekan senegaranya itu.

Keduanya pun jadi teman akrab. Riedl berjanji akan menghubungi Pikal jika ke Indonesia, dan memenuhi janji itu dua tahun kemudian. Riedl mengajaknya menukangi Tim Nasional Indonesia. PSSI menunjuknya sebagai asisten pelatih Mei lalu.

Sebelum menduduki kursi tersebut, Pikal sudah lama menggandrungi sepak bola Tanah Air, "Saya mengenal semua pemain profesional di sini," ujarnya. Beberapa tahun belakangan dia menonton setiap pertandingan liga di televisi dan berkeliling Indonesia untuk menyaksikan laga antar klub.

Dalam melatih, Pikal memegang teguh prinsip disiplin dan kerja keras di lapangan. Di luar itu dia merasa sebagai orang Indonesia. "Saya tinggal 20 tahun di Indonesia, beristri dan anak Indonesia, saya mencintai Indonesia," katanya. Kecintaan itu akan dia tunjukan dengan memandu Pasukan Garuda sampai suporter atau rakyat Indonesia tidak menginginkan Pikal lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar