Selasa, 04 Januari 2011

LPI Jaring Pemain Keturunan Belanda

Menjelang kompetisi 2011, klub LPI mencari pemain muda keturunan Belanda. Medan Chiefs berhasil ikat Bryan dan Dane Brard, tapi Semarang United gagal dapat Yoram Pesulima

 
Dua Sukses
Pekan ini media Belanda mencatat dua perkembangan, satu sukses dan satu gagal. Dua bersaudara Bryan dan Dane Brard menandatangani kontrak setahun di Medan Chiefs yang aktif di liga baru LPI. Sementara Yoram Pesulima batal ke Semarang United.
Bryan 22 tahun akan segera bertolak ke Indonesia beberapa hari ini. Ia berasal dari klub ASWH di Hendrik-Ido-Ambacht. Klub ini bertarap lapis tiga di bawah Eredivisi dan Jupiler League. Sebelumnya striker ini pernah mengenyam pendidikan di Sparta Rotterdam dan Vitesse Arnhem. Sementara adiknya, Dane 20 tahun yang menghuni posisi gelandang serang pernah memperkuat di tim junior FC Dordrecht.

Indo-Holland

Keduanya adalah putra dari Stanley Brard, direktur pelatihan di Feyenoord Rotterdam. Brard adalah pelatih tim Indo-Holland yang akhir November lalu menggelar pertandingan amal di Malang dan Surabaya. Mereka berangkat ke Indonesia awal tahun ini dan diharapkan bisa segera bergabung dengan Medan Chiefs di kompetisi LPI.
Sejak sukses Irfan Bachdim di Indonesia, tampaknya kalangan bola Indonesia semakin giat mencari bakat dari Belanda. Sebaliknya banyak pemain muda sepakbola keturunan Indonesia yang tergelitik menjajal Liga Indonesia. Mereka terkesan dengan sambutan massal publik bola Indonesia yang antusias. Di Belanda mereka tidak bisa membayangkan pertandingan kompetisi yang disaksikan 40 ribu penonton di stadion.

Satu Gagal
Bagi pemain lain, luapan dukungan saja tidak cukup, mereka ingin kepastian. Setelah Regilio Jacobs yang masih ragu, kini giliran Yoram Pesulima yang batal. Yoram salah satu pemain Indo-Holland yang November lalu ke Jawa Timur, batal bermain di Semarang United.
Intinya karena perbedaan cara berbisnis antara Indonesia dan Belanda. Budaya Belanda ingin segalanya pasti, diatur secara rinci, sedangkan di Indonesia lebih bersandar pada kesepakatan lisan.

Pemain belakang 19 tahun ini memilih tetap di klubnya DTS Ede divisi tiga Hoofdklasser. Ia merasa pihak Indonesia tidak bisa memberikan kepastian kontrak.
"Saya diminta ketika sedang di Indonesia ikut laga amal. Kontaknya lewat seorang perantara, tapi setelah kembali di Belanda tidak ada lagi kelanjutan yang konkrit. Kami ingin kontrak resmi hitam di atas putih, tapi yang ada hanya janji-janji tidak jelas."
Ketika utusan dari Indonesia datang ke Belanda dua pekan lalu, Yoram sudah terlanjur mengambil keputusan main di Belanda saja.
"Pekan lalu orang perantara itu menyodorkan satu klub lagi, tapi sayang sekali saya sudah memilih yang sudah jelas di Belanda ini. Saya tidak ingin berpetualang di seberang lautan tanpa kejelasan."

Kepastian
Penolakan Yoram jebolan akademi Vitesse Arnhem itu harusnya menjadi catatan bagi praktisi persepakbolaan di Indonesia yang ingin mendatangkan pemain dari Belanda. Pemain muda Belanda akan meminta kepastian fasilitas tempat tinggal, gaji, transportasi dan asuransi.

Ragu LPI
Hal penting lain yang juga menjadi pertimbangan adalah Liga LPI yang rencananya digulir 8 Januari.  "Saya masih tidak yakin apakah LPI akan diakui secara resmi atau tidak. Daripada tidak jelas, udah lah konsentrasi penuh saja di DTS." Ungkap Yoram Pesulima.

1 komentar:

  1. Artikelnya bagus sekali bos. Akan makin keren kalau juga menyebutkan sumbernya. Itu kan ada hak ciptanya. Trims, Eka Tanjung

    http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/lpi-jaring-pemain-keturunan-belanda

    BalasHapus